Rabu, 13 Januari 2010

Beberapa faktor penghambat usaha industri rumahan secara umum dapat
diidentifisikasi sebagai berikut :
1. Inovasi dalam pengelolaan usaha masing terbatas, padahal salah satu modal dasar
dalam kegiatan usaha adalah perlunya kreativitas (salah satu bentuk perwujudan
dari adanya kreativitas adalah melalui inovasi).
2. Motivasi dalam kaitannya dengan pengembangan usaha masih belum jelas dan
orientasinya masih tertuju pada tujuan jangka pendek. Dengan demikian
kebanyakan usaha (khususnya usaha kecil / industri rumahan) yang ada di
Indonesia seringkali tidak dapat bertahan lama hingga ratusan tahun, tidak seperti
halnya yang banyak di jumpai pada perusahaan di luar negeri yang dapat diwariskan
hingga beberapa generasi.
3. Keterbatasan dalam pengusahaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Iklim berwirausaha belum kondusif terutama yang menyangkut kebijakan
pemerintah, sistem pendidikan dan lingkungan dunia usaha pada umumnya.
5. Kegiatan wirausaha yang ditangani lebih banyak tertumpu pada satu kegiatan
tertentu saja dan sifatnya rutin. Sedangkan menurut konsep rantai nilai kegiatan
usaha, sebenarnya banyak peluang usaha dapat diciptakan dengan tidak hanya
tertumpu pada bidang produksi saja.
6. Belum tersedianya sistem informasi pasar produk yang baik, sehingga penjual dan
pembeli seringkali menemui kesulitan dalam memenuhi keinginannya. Kalaupun ada
diperlukan upaya dan biaya yang besar (ekonomi biaya tinggi). Sebagai contoh
misalnya : informasi yang menyangkut bagaimana mengurus perijinan suatu usaha,
cara membayar pajak, prosedur ekspor barang, dsb.
7. Makna filosofi sosial berusaha dan etika berusaha masih belum dipahami secara
menyeluruh oleh kebanyakan pelaku usaha. Ini terlihat dari banyaknya kasus yang
terjadi seperti : sistem perburuhan dan penggajian pegawai yang selalu
mengundang masalah (tuntutan kenaikan upah, tunjangan, dsb.), sistem perbankan
dan asuransi nasional yang belum dapat dipercaya oleh masyarakat, pembajakan
tenaga kerja atau manajer dari suatu perusahaan ke perusahaan lain.
8. Belum tercapainya suatu sinergi antara usaha yang satu dengan yang lainnya
sehingga membentuk kesatuan sektor usaha yang besar. Sebagai contoh misalnya :
Di Jepang, untuk membangun industri otomotif diperlukan peranan usaha kecil yang
memproduksi berbagai komponen pendukung industri otomotif, dengan demikian
usaha kecil tumbuh bersama-sama industri besarnya.
9. Belum berkembangnya filosofi menguntungkan semua pihak (win-win philosophy),
mengingat kegiatan usaha memungkinkan terjadinya pertukaran nilai (baik nilai
barang, nilai uang, nilai estetika, dsb). Untuk menciptakan kondisi tersebut perlu
diupayakan budaya kewirausahaan yang memiliki dasar-dasar kepribadian yang
baik, seperti : Jujur, dapat dipercaya (menyampaikan pesan dan amanat dengan
baik), cerdas dan dapat mengelola dengan baik (keterampilan manajerial yang baik).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar