Senin, 25 April 2011

resume jurnal

RESUME JURNAL TAHUN 2010
TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN DALAM
PENGENDALIAN PENYAKIT
BUSUK BATANG VANILI
Vanili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman rempah yang dibudidayakan di Negara-negara beriklim tropis seperti Indonesia. Tanaman ini dikenal luas di dunia sebagai bahan pemberi aroma atau esence pada makanan, minuman, kue, es krim, obat-obatan, dan juga sebagai bahan baku parfum. Ekstrak vanili telah digunakan secara luas sebagai pengharum pada kopi, teh, susu, dan lain-lain. Di Indonesia, Vanili sangat terkenal dengan nama dagang Java Vanilla Beans karena mempunyai kualitas terbaik dengan kadar vanilin 2,75%.
Namun, terdapat beberapa kendala pengembangan tanaman vanili di Indonesia. Kendala dalam pengembangan tanaman vanili di Indonesia antara lain adalah harga yang tidak stabil, gangguan penyakit, dan kualitas produk yang rendah. Penyakit busuk batang vanili (BBV) merupakan penyakit utama dan menjadi salah satu kendala dalam sistem produksi vanili di Indonesia sejak 1960. Penyakit BBV telah merusak tanaman vanili di sentra produksi sehingga menimbulkan kerugian miliaran rupiah setiap tahun. Kerugian yang ditimbulkan oleh BBV pada tahun 1991 diperkirakan mencapai Rp32 miliar. Penyakit BBV disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp. vanillae (Fov). Penyakit ini mampu merusak seluruh bagian tanaman pada semua fase pertumbuhan, dan memproduksi klamidospora yang dapat bertahan di dalam tanah selama 7-10 tahun. Patogen ini terutama menular melalui setek yang digunakan sebagai sumber bahan tanaman. Setek vanili yang digunakan petani saat ini berisiko terinfeksi patogen penyakit BBV antara 7-32%.
Dalam era globalisasi saat ini, konsumen menghendaki produk pertanian yang bebas dari residu bahan kimia yang berbahaya. Oleh karena itu, untuk mengendalikan penyakit BBV perlu dikembangkan teknologi ramah lingkungan dengan komponen berupa benih sehat, agens pengendali hayati (APH), fungisida nabati, dan pupuk organik. Satu paket teknologi ramah lingkungan pengendalian penyakit BBV telah ditemukan. Paket teknologi tersebut mengandalkan mikroba penginduksi, biopestisida, bibit sehat, fungisida nabati, dan bahan organik, yang diperkenalkan sebagai teknologi BioFOB. Untuk mengatasi permasalahan penyakit BBV, penelitian diarahkan untuk mendapatkan APH, setek bebas BBV, pestisida nabati, teknologi budi daya yang sejalan dengan good agricultural practices (GAP), fungisida kimia, varietas tahan, dan pupuk bioorganik. Beberapa metode pengendalian penyakit BBV pada tanaman Vanili adalah sebagai berikut.

AGEN PENGENDALI HAYATI
Melalui penelitian dan eksplorasi, telh berhasil ditemukan beberapa spesies jamur dan bakteri yang berpotensi untuk mengendalikan BBV. Mikroorganisme tersebut antara lain adalah Fo-NP, P. florescens, B. pantotkenticus, B. firmus, T. viride, T. harzianum, dan T. lactae. Tiga spesies yang memberikan hasil cukup baik dan berpotensi dikembangkan, yaitu Fo-NP, B. pantotkenticus, dan T. lactae. Fo-NP diisolasi dari vanili sehat dan beberapa strain telah diuji dan teridentifikasi bahwa strain F10AM dapat menginduksi ketahanan bibit vanili terhadap BBV. Teknik induksi telah dikembangkan untuk memperoleh bibit bebas dan toleran BBV. B. pantotkenticus dan T. lactae telah dikemas dalam formula BioTRIBA dan siap dipakai di lapangan.

PESTISIDA NABATI
Untuk mendapatkan teknologi pestisida nabati dalam pengendalian penyakit BBV, telah dieksplorasi ekstrak beberapa jenis tanaman dan diteliti efektivitasnya secara in vitro terhadap pathogen BBV, seperti mimba, bawang putih, sirih, pinang, kayu manis, serai, temulawak, dan cengkih. Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun, bunga, dan gagang cengkih bersifat fungisidal terhadap patogen BBV dibandingkan dengan ekstrak tanaman uji lainnya. Identifikasi bahan aktif dengan TLC dan GS MS menunjukkan bahwa eugenol merupakan komponen utama dalam minyak cengkih yang bersifat fungisidal terhadap BBV. Senyawa tersebut juga bersifat fungisidal terhadap beberapa jamur patogenik, seperti Fusarium solani, Phythopthora capsici, Sclerotium rolfsii, Rigidoporus lignosus, Colletotrichum, Pseudomonas solanacearum, dan nematoda Penggunaan tepung daun, bunga, dan gagang cengkih pada kebun vanili dapat menekan intensitas penularan penyakit BBV.

BAHAN ORGANIK
Bahan organik merupakan komponen penting dalam budi daya tanaman karena dapat memperbaiki sifat biologi, kimia, dan fisik tanah. Sifat biologi tanah antara lain dapat meningkatkan populasi mikroorganisme berguna seperti APH, dan mengandung senyawa antibiosis yang menghambat perkembangan pathogen. Penelitian menunjukkan bahwa arang sekam padi, limbah daun dan bunga cengkih, kotoran sapi, dan kotoran kambing dapat digunakan dalam budi daya vanili karena dapat menurunkan populasi patogen penyakit BBV. Aplikasi arang sekam padi pada areal endemis dapat menekan penularan BBV sampai 66,6% dan aplikasi tepung daun cengkih menurunkan serangan BBV 50- 70%. Limbah daun cengkih dan arang sekam padi dapat meningkatkan bobot basah/ kering dan tinggi tanaman vanili sebesar 30-40%.

POLA TANAM
Patogen penyakit BBV mempunyai inang yang spesifik, yakni hanya menginfeksi tanaman vanili. Pengembangan pola tanam campuran atau rotasi berpeluang menurunkan populasi patogen dalam tanah. Rotasi dapat memutus siklus hidup patogen, meningkatkan populasi APH dan tanah, serta dapat menekan perkembangan pathogen. Beberapa tanaman telah diuji dan menunjukkan bahwa bawang-bawangan dan jagung berpeluang digunakan sebagai tanaman rotasi untuk menurunkan populasi patogen penyakit BBV. Telah dipublikasikan bahwa rizosfera bawang-bawangan mengandung banyak APH, seperti P. flourescens. Kombinasi APH seperti P. flourescens dan tanaman bawang efektif menurunkan populasi pathogen BBV.

VARIETAS
Kesulitan untuk mendapatkan varietas tahan BBV disebabkan oleh sempitnya keragaman genetik tanaman vanili. Oleh karena itu, seleksi melalui kultur in vitro merupakan alternatif yang dipilih. Melalui seleksi in vitro menggunakan filtrat kultur isolat F. oxysporum f.sp. vanillae dan asam fusarat telah ditemukan beberapa nomor vanili yang tahan terhadap patogen BBV. Dalam beberapa tahun terakhir, telah diuji sifat toleransi atau ketahanan beberapa nomor hasil uji terhadap penyakit BBV. Pengujian in vitro memperoleh sembilan nomor hibrida, 34 nomor somaklon, dan empat mutan di daerah endemis BBV di Sumedang, Jawa Barat. Namun, sampai saat ini belum ada varietas unggul vanili tahan BBV yang dilepas. Pada tahun 2008 telah dilepas varietas unggul lokal Bali dengan nama Vania 2. Varietas ini mempunyai keunggulan produktivitas tinggi dan agak toleran penyakit BBV.

PAKET TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT BBV

Penelitian yang dilakukan selama beberapa tahun untuk mengatasi penyakit BBV di Indonesia telah menghasilkan empat komponen teknologi ramah lingkungan. Teknologi tersebut dirakit dalam satu paket dan diperkenalkan dengan nama paket teknologi BioFOB. Paket teknologi ini sudah siap pakai dan dapat diproduksi dalam skala komersial, terdiri atas empat komponen yaitu:
(1) bibit vanili BioFOB,
(2) formula APH yang disebut BioTRIBA,
(3) fungisida nabati Mitol 20EC, dan
(4) pupuk organik OrganoTRIBA dan turunannya.
Paket teknologi BioFOB mulai diperkenalkan kepada petani vanili sejak tahun 2001 dan mendapat respons yang cukup baik dari petani, Dinas Perkebunan, dan swasta.

Bibit Diinduksi dengan Fo-NP (Vanili BioFOB) / Bibit Vanili BioFOB

Salah satu cara pengendalian penyakit BBV adalah menggunakan bibit bebas BBV. Teknik yang digunakan di lapangan sampai saat ini adalah teknik induksi dengan Fo-NP. Teknik ini dapat menghasilkan bibit vanili bebas dan toleran BBV. Teknik induksi bibit merupakan salah satu cara untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis. Teknologi ini juga sudah dikomersialkan melalui mitra Balittro dan dapat menginduksi ketahanan tanaman dengan menstimulasi produksi beberapa enzim, antara lain ß-1,4- glukosidase, kitinase, dan ß-1-3-glukonas.

Formula APH (BioTRIBA)

Dari berbagai penelitian dan analisis, B. pantotkenticus strain J2 dan T. lactae strain JM2 berpotensi mengendalikan BBV. Kedua spesies APH tersebut berhasil dibuat formulanya sehingga untuk tujuan komersial sudah dapat diproduksi secara massal dalam skala industri kecil. Formula diperkenalkan dengan nama BioTRIBA dan telah didaftarkan patennya di Ditjen HKI dengan nomor P.00200600160.

Formula Fungisida Nabati Cengkih (Mitol 20EC)

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa eugenol yang terdapat dalam daun dan bunga cengkih dapat mematikan patogen BBV pada konsentrasi 300 ppm. Aplikasi di lapangan secara langsung dengan menggunakan serasah daun atau dalam bentuk tepung dapat menekan populasi patogen BBV dalam tanah sebesar 70-79%, mencegah penularan penyakit BBV 50-94%, dan meningkatkan pertumbuhan tanaman vanili 37,5%. Untuk aplikasi dalam skala luas dengan bahan aktif eugenol yang konstan, telah dibuat formula dalam bentuk tepung dan cair. Salah satu formula dalam bentuk cair adalah Mitol 20EC dengan bahan aktif eugenol. Formula tersebut telah memperoleh sertifikat merek dan digunakan untuk mengendalikan penyakit BBV.

Formula Bahan Organik (OrganoTRIBA)

Formula bahan organik OrganoTRIBA terdiri atas limbah kotoran sapi, arang sekam, cocopit, serta limbah produk cengkih yang diproses dengan teknik fermentasi menggunakan B. pantotkenticus dan T. lactae. Produk juga diperkaya beberapa mikroorganisme berguna, antara lain B. pantotkenticus, T. lactae, B. firmus, dan P. flourescens. Di samping sebagai sumber nutrisi, bahan organik ini juga mengandung APH yang dapat mengendalikan patogen tanah. Dengan demikian, ekstrak OrganoTRIBA dan turunannya dapat berfungsi sebagai fungisida organik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar